Senin, 07 April 2014

Contoh Proposal Penelitian

BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
 Insekta atau serangga merupakan spesies hewan yang jumlahnya paling dominan di antara spesies hewan lainnya dalam filum Arthropoda (Hadi, 2009). Salah satunya adalah ordo Odonata (capung),
capung (Ordo Odonata) merupakan serangga terbang pertama yang ada di dunia. Ia muncul sejak zaman Karbon (360 – 290 ratus juta tahun yang lalu) dan masih bertahan hingga sekarang (Sigit, 2013). Odonata adalah serangga yang relatif besar dan seringkali berwarna bagus dan menggunakan sebagian hidupnya dalam penerbangan. Tahapan-tahapan pradewasa adalah akuatik, dan yang dewasa biasanya terdapat dekat air. Semua tahapan adalah pemangsa dan makan berbagai serangga-serangga dan organisme lain (Borror et al., 1992). Menurut Sigit (2013), capung tersebar di wilayah pegunungan, sungai, rawa, danau, sawah, hingga pantai. Tercatat ada 5000 lebih spesies yang tersebar di seluruh dunia dan sekitar 700 spesies di Indonesia. Ordo Odonata terbagi menjadi 2 sub ordo yaitu Anisoptera dan Zygoptera. Anisoptera tubuhnya kuat, panjang berkisar 2,5 - 9 cm, sayap belakang pangkalnya lebih lebar dari pangkal sayap depan, dan pada waktu istirahat sayap letaknya mendatar di atas tubuh. Sub ordo Zygoptera bentuk dan ukuran sayap depan dan belakang sama, pada waktu istirahat posisi sayap tegak lurus dengan tubuh dan abdomennya ramping (Hadi, 2009). Siklus hidup capung dari telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun. Capung meletakkan telurnya pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air menggenang, namun ada pula jenis yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah menetas, tempayak (larva) capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa (Wikipedia, 2013). Tebat gheban merupakan sebuah danau yang terbentuk secara alami dan dijadikan objek wisata oleh pemerintah daerah setempat, luasnya kurang lebih 4 hektar. Danau Tebat Gheban ini berada di Kecamatan Pagar Alam Selatan kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan survei awal bahwa Tebat Gheban merupakan danau alami dan lokasi ini sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat pemancingan ikan. Di tepi danau masih banyak ditumbuhi berbagai rerumputan, perdu, dan pepohonan. Selain itu terdapat tanaman air yang menunjang keberadaan berbagai jenis capung untuk meletakkan telurnya maupun habitat untuk daur hidupnya. Beberapa penelitian odonata yang pernah dilakukan adalah oleh Silvi Olivia Hanum dkk (2013) meneliti jenis-jenis capung (Odonata) di kawasan Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto Sumatera Barat, didapatkan 15 spesies dalam dua subordo, 4 famili dan 14 genera. Vivi Triesnalia (2010) meneliti jenis-jenis Odonata (capung) di tebat Gelumpai Pasar Manna Bengkulu Selatan, diperoleh 2 subordo, 4 famili dan 9 spesies, dan Andes Sachran dkk (2012) meneliti jenis-jenis capung sekitar sungai Tadah Angin Cagar Alam dan Taman Wisata Pangandaran, Jawa Barat, ditemukan 8 jenis capung. Dari uraian di atas serta didukung oleh belum adanya informasi dan penelitian capung (Odonata) pada lokasi objek Wisata Tebat Gheban, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Jenis-Jenis Capung yang Terdapat di Objek Wisata Tebat Gheban Kota Pagar Alam”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Jenis-jenis capung apa saja yang terdapat pada objek wisata Tebat Gheban kota Pagar Alam?” C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jeni-jenis Odonata (Capung) yang terdapat di objek wisata Tebat Gheban kota Pagar Alam. D. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk digunakan sebagai data informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang khususnya mengenai jenis-jenis odonata.

 BAB.II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ekologi Capung
Odonata adalah serangga yang relatif besar dan seringkali berwarna bagus dan menggunakan sebagian besar hidupnya dalam penerbangan. Tahapan-tahapan pradewasa adalah aquatik, dan yang dewasa biasanya terdapat dekat air. Semua tahapan adalah pemangsa dan makan berbagai serangga-serangga dan organisme lain dan dari sudut pandang manusia umumnya mereka berdaya guna. Serangga yang dewasa tidak berbahaya bagi manusia yaitu mereka tidak menggigit atau menyengat (Borror et al., 1992). Serangga dalam ordo ini kurang berperan dalam pertanian tetapi diantanya menjadi predator rayap, penggerek padi dan thrips bawang (Tjahjadi, 1989). Menurut Lilies (1991) nimfa capung bersifat aquatik, dewasa dapat ditemukan disekitar nimfa hidup atau di udara bebas sekitar pertanaman. Sebagian besar sebagai penerbang yang baik dan mampu menempuh jarak beberapa mil. Sering melakukan perkawinan sambil terbang. Nimfa dan dewasa bertindak sebagai predator, memangsa nyamuk, lalat, berbagai hama terutama yang terbang dan serangga-serangga kecil lainnya. Dalam suatu perairan menentukan layak atau tidaknya digunakan atau dikonsumsi baik untuk manusia, tumbuhan maupun hewan faktor pH sangat penting. Menurut Vivi Triesnalia (2010) kondisi perairan yang banyak ditumbuhi rerumputan atau perdu lainnya yang akan menunjang keberadaan capung untuk meletakkan telur maupun sebagai tempat hinggap. Pada umumnya pH air yang terdapat di bawah 7. Tingkat keasaman air mempengaruhi pemakaian air baik untuk keperluan rumah tangga, pertanian, industri, maupun kehidupan jasad renik. Suhu adalah faktor ekologis yang sangat terkenal dan juga sangat mudah diukur. Serangga meniliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup, pada kisaran suhu yang efektif adalah sebagai berikut: suhu minimum 150 C, suhu optimum 250 C, dan suhu maksimum 450 C (Jumar, 2000).

 B. Ciri-Ciri Capung Odonata adalah serangga yang relatif besar dan seringkali berwarna bagus dan menggunakan sebagian besar hidupnya dalam penerbangan (Borror et al., 1992), tubunya panjang dan ramping, sayap memanjang, bervena banyak, memberaneus, sayap belakang dan depan hampir sama dalam bentuk dan ukuran. Antena pendek seperti bulu keras. Saat istirahat mengatupkan sayap diatas tubuh atau memebentangkan sayap bersama-sama di atas tubuh (Lilies, 1991). Menurut Putri (2009), capung memliki mata yang besar dengan sepasang sayap yang cukup kuat, serta ukuran badan yang panjang. Kaki yang dimiliki berjumlah 6, namun kaki tersebut tidak digunakan untuk berjalan. Insecta ini berkembangbiak dengan bertelur. Telurnya diletakkan pada tumbuhan yang berada di air (Sachran, 2012). Nimpha dinamakan naiad dan hidup di air (aquatic), sedang dewasa hidup di sekitar nimfa atau di udara bebas di sekitar pertanaman. Serangga ini sering melakukan perkawinan saat terbang. Nimpha maupun serangga dewasa bersifat sebagai predator. Metamorfosis hemimetabola (Jumar, 2000). Menurut Sigit (2013), tubuh capung terdiri dari kepala, toraks (dada), dan abdomen (perut) serta mempunyai enam tungkai. Abdomennya terdiri dari 9 sampai 10 ruas serta embelan (appendages). Matanya terdiri dari beribu lensa yang disebut dengan mata majemuk. Capung memiliki dua pasang sayap dengan venasi yang mempunyai pola khas bagi tiap spesies.

C. Klasifikasi Capung
 Ordo Odonata terbagi menjadi 2 sub ordo yaitu, Anisoptera dan Zygoptera.
 a. Subordo Anisoptera Tubuhnya kuat, panjang berkisar 2,5 – 9 cm, sayap belakang pangkalnya lebih lebar dari pangkal sayap depan. Pada waktu istirahat sayap letaknya mendatar di atas tubuh, anggota yang jantan mempunyai 3 buah terminal appendages (alat tambahan), 2 buah letaknya di atas dan 1 buah di bawah, sedang yang betina mempunyai dua buah dorsam terminal appendages (Hadi, 2009). 1. Famili Petaluridae (Capung Punggung Kelabu) Capung ini terdapat di Amerika Utara dan di Amerika serikat bagian timur. Capung dewasa berwarna coklat keabu-abuan dan kira-kira panjangnya 75 mm. Mereka biasanya terdapat sepanjang aliran-aliran sungai yang kecil di daerah lembah yang berhutan, di tempat itu mereka seringkali hinggap pada batang tumbuh-tumbuhan. Yang dewasa sedikit lebih kecil dan kehitam-hitaman dan terdapat di daerah-daerah yang tinggi. Nimfa-nimfa dari jenis ini terdapat dilumut-lumut yang basah (Borror, et al., 1992). 2. Famili Gomphidae (Capung Berabdomen Bengkak) Dilihat dari sisi atas mata tidak bertemu, ruas abdomen akhir kadang-kadang menggembung (membengkak) seperti alat pemukul, betina tidak memiliki ovipositor. Ukuran tubuh sekitar 2-3 inci dan berwarna coklat tua aatau hitam dengan spot/pita kekuningan atau kehijauan (Lilies, 1991). Ciri khas Gomphiadae adalah mata majemuk posisinya terpisah, tidak seperti famili lain dalam subordo Anisoptera. Selain itu, ujung abdomen mengganda yang bentuknya berbeda-beda (Sigit, 2013). 3. Famili Aeshnidae (Capung Loreng) Kelompok Aeshnidae adalah kelompok capung yang paling besar. Corak warna tubuh yang khas dari famili ini adalah kombinasi warna hitam, biru, hijau, dan coklat. Beberapa berwarna merah atau ungu. Tempat hinggap yang disukai adalah daun atau ranting yang tinggi (Sigit, 2013). 4. Famili Cordulegastridae (Capung Loreng Kuning) Capung loreng kuning adalah capung hitam kecoklat-coklatan yang besar dengan tanda-tanda kuning. Famili ini lain dengan famili lainnya karena tidak mempunyai rangka sayap kekang pada ujung proksimal stigma. Capung-capung ini biasanya didapatkan di sepanjang aliran-aliran air yang jernih dan kecil di daerah hutan. Yang dewasa terbang pelan-pelan hilir mudik aliran sungai (Borror et al., 1992). 5. Famili Macromiidae (Capung Penyaring Sungai-Berpita) Capung penyaring berpita (Didymops), warnanya coklat muda, dengan tanda-tanda keputihan pada toraknsya. Mereka terdapat di sepanjang endapan pinggir-pinggir kolam. Capung penyaring sungai (Macromia) adalah jenis yang besar yang terdapat di sepanjang pinggir-pinggir danau dan aliran-aliran yang besar. Capung-capung ini berwarna coklat tua dengan tanda-tanda kekuning-kuningan pada toraks dan abdomen, dan mereka adalah penerbang-penerbang yang sangat cepat. Mata pada famili ini berwarna kehijau-hijauan pada waktu hidup (Borror et al., 1992). 6. Famili Corduliidae (Capung Penyaring Bermata Hijau) Capung-capung ini kebanyakan berwarna hitam atau metalik dan jarang mempunyai tanda-tanda mengkilat yang mencolok. Mata dari kebanyakkan jenis ini adalah hijau cemerlang pada waktu hidup. Kebanyakkan anggota kelompok ini lebih umum di Amerika Serikat bagian utara dan kanada (Borror et al., 1992). 7. Famili Libellulidae (Capung-capung Penyaring Umum) Kelompok ini paling sering kita temui sehari-hari dan paling beragam warnanya. Dapat dikenali dari berbagai corak yang mencolok pada syapnya. Abdomen cenderung lebar dan tipis (Sigit, 2013). Menurut Lilies (1991), sayap jenis jantan kebiruan dan bersih, betina hitam dan kuning. Biasanya capung ini terbang dengan agak tak menentu sehingga dikenal sebagai capung peluncur. Umumya bertindak sebagai predator. b. Subordo Zygoptera Bentuk dan ukuran sayap depan dan belakang sama, pada waktu istirahat posisi sayap tegak lurus dengan tubuh dan abdomennya ramping. Pada yang jantan terdapat 4 buah alat tambahan, betina mempunyai ovipositor yang berkembang baik serta nimfa mempunyai insang yang berbentuk daun dan berjumlah 3 buah (Hadi, 2009). 1. Famili Calopterygidae (Capung Jarum Bersayap Lebar) Anggota-anggota kelompok ini secara relatif adalah capung-capung jarum yang besar yang memiliki dasar sayap yang makin menyempit. Serangga ini terdapat di sepanjang aliran-aliran air (Borror et al., 1992). 2. Famili Lestidae (Capung Jarum Bersayap Meretang) Anggota-anggota kelompok ini terutama terdapat di rawa-rawa, tetapi capung yang dewasa kadang-kadang berkelana agak jauh dari rawa-rawa. Apabila hinggap capung jarum ini menahan tubuhnya tegak lurus atau agak demikian dengan sayap-sayap sebagian melebar. Biasanya mereka hinggap pada tumbuh-tumbuhan atau pada batang-batang rumput (Borror et al., 1992). 3. Famili Coenagrionidae Ciri-ciri famili ini abdomen panjang dan ramping, pangkal sayap berbentuk seperti batang. Dewasa berwarna hijau kekuningan dan hitam. Jantan mempunyai warna yang lebih indah dan mnyolok daripada yang betina. Ujung abdomen jantan berwarna hijau biru, sedang yang betina kehijauan (Lilies, 1991). Terdapat Capung jarum yang berukuran paling kecil pada famili ini. Sayapnya tidak lebar dan bening. Umumnya tubuhnya bercorak cerah. Pada tungkai-tungkainya terdapat serta (rambut) yang pendek serta agak tebal (Sigit, 2013). 4. Famili Protoneeuridae Capung-capung ini berwarna kemerah-merahan atau kecoklat-coklatan, panjangnya 32-37 mm, dan terdapat di sepanjang aliran-aliran air (Borror et al., 1992). Jantan memiliki abdomen yang sangat ramping dibandingkan dengan famili yang lain. Capung jarum dari famili ini cenderung sering terbang mengembang di udara (Sigit, 2013). 5. Famili Platicnemididae Famili ini juga memiliki corak yang cerah seperti Coenagrionidae, namun rambut-rambut halus pada tungkainya panjang dan tipis. Beberapa spesies mempunyai tibia (betis) yang melebar dan berwarna cerah (Sigit, 2013). 6. Famili Chlorocyphidae Ciri khas famili ini adalah panjang abdomennya yang lebih pendek dari panjang sayap. Kepalanya besar dan menonjol sehingga terlihat seperti mempunyai moncong (Sigit, 2013). Klasifikasi ilmiah Odonata adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Arthopoda Kelas : Insecta Ordo : Odonata Subordo : - Anisoptera - Zygoptera Tabel. 1 Perbedaan Anisoptera dan Zygoptera Karakter Anisoptera Zygoptera Bentuk mata Menyatu Terpisah Bentuk tubuh Lebih besar dari capung jarum Cebderung lebih ramping dari capung Bentuk dan posisi sayap Sayap depan lebih besar daripada sayap belakang, terentang saat hinggap. Kedua sayap sama besar, hinggap dengan sayap dilipat di atas tubuh Perilaku terbang Ceat dan wilayah jelajah luas Cenderung lemah dan wilayah jelajah tidak luas Sumber : Sigit (2013) D. Habitat Capung Pada saat nimfa hidup di air, sedang dewasa hidup disekitar nimfa atau di udara bebas di sekitar pertanaman (Jumar, 2000). Menurut Putri (2009), capung memiliki habitat disekitar kolam, tanah lembab, sungai, kebun, hutan dan danau. Beberapa jenis capung memiliki habitat yang spesifik, misalnya capung jarum yang terbang tidak terlampau jauh dari lingkungan yang cocok bagi kelangsungan hidupnya. Odonata ditemukan mulai dari tepi pantai hingga ketinggian lebih dari 3.000 m dpl. Beberapa jenis capung, umumnya merupakan penerbang yang kuat dan luas wilayah jelajahnya. Beberapa jenis yang lain memiliki habitat yang spesifik dan wilayah hidup yang sempit (Wikipedia, 2013). Menurut artikel yang ditulis oleh Aswari (2010), sesuai dengan kelompokknya, nimfa capung ada yang dapat ditemukan pada akar tumbuhan sepanjang tepi sungai, pada vegetasi yang ada pada permukaan air, pada permukaan lumpur atau pasir di dasar perairan, di antara serasah, di sela-sela lumpur, permukaan batu atau kayu yang ada di perairan tersebut. E. Siklus Hidup Capung Daur hidup capung adalah telur, nimfa, dan capung dewasa. Sering kita melihat sepasang capung dalam posisi tandem, yaitu saat capung jantan mengaitkan ujung abdomennya ke leher betina. Posisi ini terjadi sebelum kawin dan saat proses peletakkan telur. Capung kopulasi dalam posisi jantan mengaitkan ujung abdomennya pada leher dan kemudian betina akan membengkokan abdomennya ke atas san ujungnya mengait pada organ genital jantan di ruas 1-2 abdomen. Setelah kopulasi, capung bertelur di dalam air atau disisipkan di tanaman air (Sigit, 2013). Setelah itu telur-telur itu menetas menjadi nimfa yang berkembang di dasar air dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Siklus hidup capung dimulai dari telur hingga dewasa dan akhirnya mati, berkisar antara 6 bulan hingga batas maksimal 7 tahun (Putri, 2009). F. Makanan Capung Capung adalah serangga karnivora, ia memangsa serangga-serangga kecil seperti lalat, kutu daun, wareng, bahkan kupu-kupu (Sigit, 2013). Pada saat menjadi nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora yang ganas, nimfa capung yang berukuran besar dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan (Wikipedia, 2013). Sebagai predator, capung berperan dalam keseimbangan ekosistem terutama dalam dunia pertanian karena ia memakan serangga pengganggu tanaman. Predator capung adalah burung, laba-laba, katak, ikan dan sesama capung (Sigit, 2013). G. Persebaran Capung Persebaran capung sangat luas, persebarannya bisa di hutan-hutan, kebun, sawah, sungai dan danau, hingga ke pekarangan rumah dan lingkungan perkotaan. Beberapa jenis capung ada yang merupakan penerbang yang kuat dan luas wilayah jelajahnya, dan jenis lain memiliki habitat yang spesifik dan wilayah hidup yang sempit (Sobarqah, 2013). Menurut Sigit (2013), saat terbang capung unggul dalam bermanuver, terbang ke segala arah dalam kecepatan tinggi dan dapat berubah arah seketika. Beberapa spesies merupakan migran. Pada saat-saat tertentu capung akan berpindah dalam jumlah yang banyak ke suatu tempat dengan jarak tempuh yang jauh. H. Manfaat Capung Capung dewasa biasanya memangsa lalat , nyamuk dan beberapa serangga hama tanaman. Capung dapat juga disebut sebagai indikator air bersih. Artinya , capung dapat dimanfaatkan untuk memantau kualitas air disekitar lingkungan hidup kita, karena nimfa capung tidak akan dapat hidup di air yang sudah tercemar atau di sungai yang tidak ada tumbuhannya (Susanti, 1998).

BAB. III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2014 di objek wisata Tebat Gheban kota Pagar Alam dan identifikasi di Laboratorium Biologi Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

 B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring serangga (insec net), kertas lakmus, kertas label, jarum serangga, kamera, buku catatan dan alat tulis, amplop kertas, oven, botol air mineral, thermometer dan termohygrometer.
 C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tangkap langsung jenis capung yang ditemui di lapangan, capung akan ditangkap langsung menggunakan jaring serangga. Pengambilan sampel akan dilakukan dengan menjelajahi sekitar pinggir danau Tebat Gheban.

D. Tekhnik Pengambilan sampel
Pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1. Kerja lapangan Capung dikoleksi dengan menggunakan jala serangga di tepi danau dan di sekitar danau dengan cara mengyunkan jala kearah capung. Penangkapan dilakukan pada pagi menjelang siang hari mulai pikul 08.00 – 11.00 WIB dan sore hari pukul 14.00 – 17.00 WIB. Periode penangkapan dilakukan 8 kali dalam waktu 4 hari penangkapan dengan jarak antar periode penangkapan selama 2 hari. Sampel yang didapat dimasukkan kedalam botol pembunuh. Sampel yang telah mati dimasukka kedalam amplop dan diberi label. Setelah itu sampel ditusuk bagian toraks, abdomen dan sayapnya secara tegak lurus dengan jarum dan ditancapkan di atas papan perentang, kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk pengeringan. Setelah dioven sampel dimasukkan kedalam kotak koleksi dan diberi label. 2. Pengukuran faktor ekologi Faktor ekologi yang dapat diukur dalam penelitian ini adalah: 1) Suhu dan kelembapan udara Suhu dan kelembapan udara di ukur dengan menggunakan termohygrometer, kembalikan termohygrometer keposisi awal. Selanjutnya gantung atau pegang termohygrometer di tempat yang terbuka kemudian catat hasil dari termohygrometer tersebut. 2) Suhu air Suhu perairan diukur dengan menggunakan thermometer dengan cara mencelupkan thermometer pada permukaan danau yang dilakukan pada siang hari dan sore hari. 3) pH air Pengukuran derajat keasaman (pH) dengan menggunakan kertas lakmus yang dicelupkan ke dalam air danau kurang labih 5 menit. Kemudian warna lakmus disesuikan dengan nilai dan dicatat angkanya sebagai penentu derajat keasaman. 3. Kerja laboratorium Setelah diawetkan sampel odonata diidentifikasi dengan menggunakan buku Borror et al., (1992), Lilies (1991), Sigit (2013), Susanti (1998) di laboratorium Universitas Muhammadiyah Bengkulu. E. Analisa Data Analisa data dilakukan secara deskriptif. Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai jenis-jenis capung (Odonata) yang terdapat pada objek wisata Tebat Gheban kota Pagar Alam.

 DAFTAR PUSTAKA
Aswari, Pudji. 2010. Sekelumit Perikehidupan Capung. Majalah Warta Konservasi Lahan Basah: 24-25.
Borror, D. J., C. A. Triplehorn and N. F. Johnson. 1992. Pengenalan Serangga. Edisi VI. Terjemahan Soetiyono, S. Gadja Mada Press. Yogyakarta.
 Hadi, M., Tarwotjo U., dan Rahadian R. 2009. Biologi Insecta (Entomologi). Graha Ilmu. Yogyakarta.
 Hanum, S. O., Salma S., dan Dahelmi. 2013. Jenis-jenis Capung (Odonata) di Kawasan Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Diakses dari: http://www.jurnalsain-unand.com/FilesJurnal/766567178Silvy%20Olivia%20Hanum%20final%2071-76.pdf 13 November 2013. Hidayah, S. N. 2008. Keanekaragaman dan Aktivitas Capung (Ordo: Odonata) di Kebun Raya Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diakses dari: http://indonesiadragonfly.wordpress.com/ 21 November 2012.
Jumar. 2000. Entomolgi Pertanian. Rineka Citra. Jakarta. Lilies, C. S. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Yogyakarta.
 Putri, Aulia. 2009. Beraneka Ragam Hewan Berbuku-buku. Sandiarta Sukses. Bandung.
 Sachran, A., Musdalifah, Widyamurti, dan Singgih K. D. 2012. Jenis-jenis Capung Sekitar Tadah Angin Cagar Alam Taman Wisata Pangandaran, Jawa Barat. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta. Diakses dari: http://www.academia.edu/4976064/Jurnal-Capung 14 November 2013.
Sigit, W., Feriwibisono B., Nugrahani M. P., Putri. B., dan Makita T. 2013. Naga Terbang Wendit. Keanekaragaman Capunbg Perairan Wendit, Malang, Jawa Timur. Indonesia Dragonfly Society. Malang.
Sobarqah, Horiq. 2013. Capung. Diakses dari: http://anthony00.blogspot.com/ 23 Desember 2013. Susanti, S. 1998. Mengenal Capung. Puslitbang Biologi-LIPI. Bogor
Thahjdadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Penerbit kanisius. Yogyakarta.
Triesnalia, Vivi. 2010. Jenis-Jenis Odonata (Capung) di Tebat Gelumpai Pasar Manna Bengkulu Selatan. Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Bengkulu. Wikipedia. 2013. Capung (Odonata). Diakses dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Capung 21 November 2013.

3 komentar:

  1. msih perlu bimbingan nih, msih berantakkan dan polos amat ya,,hahhahahha

    BalasHapus
  2. Sobarqah, Horiq. 2013. Capung. Diakses dari: http://anthony00.blogspot.com/ 23 Desember 2013.
    saya cuman iseng postingnya kok jadi daftar pustaka ini.. wkwkwk..

    BalasHapus